Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah
pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke
dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang berbahaya bagi seseorang.
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten (Depkes RI,
2005).
Imunisasi merupakan
usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin
kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit
tertentu (Hidayat.A.A, 2009).
Imunisasi adalah suatu
upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara
memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan kedalam
tubuh. dengan memasukan kuman atau bibit penyakit tersebut, tubuh dapat
menghasilkan zat anti yang pada saatnya digunakan tubuh untuk melawan kuman
atau bibit penyakit penyerang tubuh (Sudarmanto, 2000).
Manfaat dan Tujuan
Imunisasi
Manfaat imunisasi dan
tujuan pemberian imunisasi adalah memberikan kekebalan tubuh pada bayi dari
penyakit-penyakit tertentu.
Tujuan dari
diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka
penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari
dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus,
batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya (Depkes RI, 2005).
Tahun 1997 Depkes telah
mencanangkan program pengembangn imunisasi (PPI) Yang menunjukkkan agar semua
anak mendapat imunisasi terhadap tujuh peyakit yaitu: hepatitis B, campak,
polio, difteri, tetanus, pertusis ,dan tbc.
Jenis Imunisasi
Pada dasarnya dalam
tubuh sudah memiliki pertahan tubuh secara sendiri agar berbagai kuman yang
masuk dapat dicegah, pertahanan tubuh tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan
pertahanan spesifik, proses pertahanan tubuh pertamakali adalah pertahan tubuh
nonspesifik seperti komplemen dan makrofag dimana komplemen dan makrofag ini
yang pertama kali akan memberikan peranketika ada kuman yang masuk kedalam
tubuh (Agloocon, 2009).
Imunisasi dibagi 2 yaitu (Agloocon,
2009):
1. IMUNISASI
AKTIF
Merupakan pemberian zat
sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi proses infeksi buatan sehingga
tubuh mengalami resi imonologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler
dan humoral serta dihasilkan sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi
maka tubuh secara cepat dapat merespon.
Kekebalan aktif terjadi
bila seseorang membentuk sistem imunitas dalam tubunya. Kekebalan bisa
terbentuk saat seseorang terinfeksi secara alamiah oleh bibit penyakit atau
terinfeksi secara buatan saat diberi vaksin.
Kelemahan dari
kekebalan aktif ini adalah memerlukan waktu sebelum si penderita mampu
membentuk antibodi yang tangguh untuk melawan agen yang menyerang.
Keuntungannya, daya imunitas dapat bertahan lama bahkan bisa seumur hidup.
Imunitsasi aktif dibagi
2 yaitu:
a. IMUNITAS
AKTIF ALAMIAH
Pada saat tubuh kita
dimasuki bibit penyakit, terjadi suatu mekanisme pembentukan sisitem pertahanan
tubuh yang spesifik terhadap bibit penyakit yang menyerang. Dengan demikian
bila bibit penyakit itu mencoba kembali menyerang, tubuh sudah siap dengan
pertahanannya.
b. IMUNITAS
AKTIF BUATAN (DIDAPAT)
Prinsip dari imunitas
aktif didapat ini diambil dari imunitas aktif alamiah. Bedanya kita menyajikan
bibit penyakit atau bagian daripadanya agar tubuh membentuk sistem imunitas
spesifik sebelum bibit penyakit itu benar-benar datang. Inilah yang disebut
vaksinasi.
Keuntungan sari
pemberian vaksianasi ini adalah kita dapat mengontrol agar masuknya bibit
penyakit (agen) tidak sampai menimbulkan penyakit yang parah pada diri
sipenerima. Walau mungkin tidak sengaja dalam keadaan normal kekebalan taubuh
dapat terbentuk.
2. IMUNISASI
PASIF
Merupakan pemberian zat
imonoglobulin yaitu suatu at yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang
dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi
mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
Kekebalan pasif terjadi
bila seseorang mendapat daya imunitas dari luar dirinya. Kekebalan seperti ini
bisa didapat langsung dari luar atau secara alamiah (bawaan).
Keunggulan dari
kekebalan pasif adalah langsung dapat dipergunakan tanpa menunggu tubuh
penderita membentuknya. Kelemahannya adalah tidak dapat berlangsung lama.
Kekebalan seperti ini memang biasanya hanya bertahan beberapa minggu atau bulan
saja.
a. IMUNITAS
PASIF ALAMIAH
Pada saat seorang bayi
lahir kedunia, ia dibekali dengan sistem kekebalan tubuh bawaan dari ibunya.
Inilah yang kita sebut dengan kekebalan pasif alamiah. Kekebalan jenis ini
sangat tergantung pada kekebalan yang dipunyai oleh ibunya. Misalnya bila ibu
mendapat imunisasi tetanus pada saat yang tepat dimasa kehamilan, maka anak
memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk terlindung dari infeksi tetanus
disaat kelahirannya.
Imunitas ibu yang
dibekali pada sibuah hati antara lain imunitas terhadap difteri dan campak.
b. IMUNITAS
PASIF DIDAPAT
Pada keadaan ini
imunitas didapat dari luar misalnya pemberian serum anti tetanus. Kelebihannya
dapat langsung digunakan tubuh untuk melawan penyakit, tapi sayangnya kekebalan
jenis ini mempunyai waktu efektif yang pendek.
LIMA IMUNISASI DASAR
LENGKAP
1. Vaksin
Hepatitis B PID (Prefill Injection Device)
a. Deskripsi
:
Vaksin Hepatitis B-PID
adalah vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non
infeksius, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula
polymorpha) menggunakan tehnologi DNA recombinan.
(Vademecum Bio Farma
Jan 2002)
b. Indikasi
:
Untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan virus Hepatitis B
c. Cara
pemberian dan dosis :
1) Vaksin
disuntikkan dengan 1 (buah) HB PID, pemberian suntikan secara intra muskuler,
sebaiknya pada anterolateral paha.
2) Pemberian
sebanyak 1 dosis
3) Dosis
diberikan pada usia 0-7 hari
d. Efek
samping :
Reaksi local seperti
rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi
yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
e. Kontraindikasi
:
Hipersensitif terhadap
komponen vaksin. Sama halnya vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh
diberikan pada penderita infeksi berat yang disertai kejang
2. Imunisasi
BCG (Bacillus Calmette Guerin)
a. Indikasi
:
Untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.
b. Cara
pemberian dan dosis :
1) Sebelum
disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan
menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml).
2) Dosis
pemberian : 0,05 ml sebanyak 1 kali.
3) Disuntikkan
secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus),
dengan menggunakan ADS 0,05 ml.
c. Kontraindikasi
:
1) Adanya
penyakit kulit yang berat/menahun seperti : eksim, furunkulosis dan sebagainya.
2) Mereka
yang sedang menderita TBC.
d. Efek
samping :
Imunisasi BCG tidak
menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam 1-2 minggu kemudian akan
timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang akan berubah menjadi
pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh
secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran
kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak
menimbulkan demam.Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan
menghilang dengan sendirinya.
3. Vaksin
Polio (Oral Polio Vaccine = OPV)
a. Deskripsi :
Vaksin Oral Polio hidup
adalah Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspense virus poliomyelitis
tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam
biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa(Vademecum Bio Farma
Jan 2002).
b. Indikasi
:
Untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap poliomyelitis
c. Cara
pemberian dan dosis :
1) Diberikan
secara oral (melaalui mulut), 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebaanyak 4 kali
(dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu
2) Setiap
membuka vial baru harus menggunakan penetes(dropper) yang baru.
d. Efek
Samping :
Pada umumnya tidak
terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang disebabkan oleh
vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1000.000; Bull WHO 66 : 1988)
e. Kontraindikasi :
Pada individu yang
menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul
akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan,
misalnya sedang menderita diare maka dosis ulangan dapat diberikan setelah
sembuh
4. Vaksin
DPT-HB
a. Deskripsi
:
Vaksin mengandung DPT
berupa toxoid dipteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang
inaktivasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin yang
mengandung HBsAg murni dan bersifat non infectious (Vademecum Bio
Farma Jan 2002).
b. Indikasi :
Untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap penyakit dipteri, tetanus, pertusis dan Hepatitis B
c. Cara
pemberian dan dosis :
1) Pembeerian
dengan cara intramuscular, 0,5 ml sebanyak 3 dosis
2) Dosis
pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu
(1 bulan).
5. Vaksin
Campak
a. Deskripsi
:
Vaksin campak merupakan
vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak
kurang dari 1000 infektif unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg
residu kanamycin dan 30 mcg residu erithromycin.
(Vademecum Bio Farma
Jan 2002)
b. Indikasi :
Untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap penyakit campak
c. Cara
Pemberian Dan Dosis :
1) Sebelum
disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut
steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut
2) Dosis
pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia
9-11 bulan
d. Efek
Samping :
Hingga 15 % pasien
dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi
8-12 hari setelah vaksinasi
e. Kontraindikasi :
Individu yang mengidap
penyakit immune deficiency atau individu yang diduga menderiat
gangguan respon imun karena leukemia, lymphoma.
sumber : http://harry-arudam.blogspot.com/2012/03/pengertian-imunisasi.html
sumber : http://harry-arudam.blogspot.com/2012/03/pengertian-imunisasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar